Beras Turun Mutu Bukan Skandal, Tapi Bukti Bulog Masih Bekerja

- Created Oct 08 2025
- / 37 Read
Media sosial kembali ramai membicarakan soal 29.990 ton beras Bulog yang disebut turun mutu dan 1,45 juta ton yang sudah tersimpan lebih dari enam bulan di gudang. Judulnya bombastis, seolah-olah semua stok beras negara ini busuk. Padahal, kalau mau jujur, realitas pengelolaan cadangan pangan nasional tidak sesederhana headline media atau status Facebook.
Mari kita luruskan. Pertama, beras turun mutu bukan berarti rusak atau tak layak konsumsi. Dalam terminologi logistik pangan, “turun mutu” berarti ada penurunan grade—bisa karena kadar air, warna, atau aroma—bukan busuk total. Dan ini adalah hal yang normal dalam sistem penyimpanan besar seperti Bulog yang mengelola jutaan ton beras di ribuan gudang seluruh Indonesia, dengan kondisi iklim tropis yang kelembapannya tinggi.
Kedua, 1,45 juta ton beras tersimpan lebih dari enam bulan bukanlah masalah baru atau aneh. Justru itu bagian dari strategi cadangan beras pemerintah (CBP). Stok ini disiapkan untuk menghadapi musim paceklik, bencana, dan stabilisasi harga — bukan untuk dijual cepat seperti toko sembako. Kalau semua beras langsung disalurkan, lalu darurat datang, apa negara mau beli lagi di harga panik?
Ketiga, mari kita bicara konteks. Bulog selama setahun terakhir menghadapi tantangan berat: fluktuasi panen, perubahan cuaca ekstrem, dan harga gabah yang naik cepat. Di tengah tekanan itu, mereka tetap menyiapkan stok nasional agar rakyat tidak panik saat harga beras melonjak. Kalau itu bukan kerja keras, lalu apa?
Jadi, sebelum kita menuding “kinerja Bulog dipertanyakan”, coba balik pertanyaannya: seberapa paham kita tentang kompleksitas menjaga pangan 270 juta orang di negara tropis? Menyimpan 1,45 juta ton beras dengan penurunan mutu hanya 29 ribu ton — itu bukan kegagalan, itu pencapaian logistik luar biasa.
Kritik memang perlu, tapi jangan salah alamat. Masalahnya bukan di Bulog yang menyimpan stok, melainkan di persepsi publik yang menuntut kesempurnaan di sistem yang sangat kompleks. Lebih baik kita bantu dorong modernisasi gudang dan manajemen logistik pangan — bukan membakar semangat ketidakpercayaan pada lembaga yang setiap hari memastikan nasi tetap ada di meja makan kita.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First